
Cara Mengatasi Penyebaran Sampah dengan Budaya Daur Ulang Sampah Plastik
Sampah yang kian menumpuk di berbagai belahan dunia mulai menjadi fokus serius dari masing-masing negara. Tidak heran, budaya daur ulang sampah plastik masih perlu dikenalkan oleh berbagai pihak.
Dengan banyaknya volume sampah yang tidak terorganisir maka bisa dibilang minimnya pengelolaan sampah yang baik akan terwujud.
Salah satu alasan mengapa sampah perlu dibina lebih lanjut adalah sifatnya yang sangat sulit terurai. Dengan kata lain, perlu cara lain agar volume sampah dapat berkurang yaitu dengan didaur ulang.
Plastik sendiri bisa didaur ulang dengan berbagai cara, tidak heran bila banyak yang melakukan hal ini baik dari perusahaan maupun lingkungan masyarakat.
Dengan beragamnya bentuk plastik seperti galon, botol, maupun jerigen yang bisa jadi media untuk tanaman. Beberapa masyarakat mulai mengenalkan budaya daur ulang sampah guna menjaga kesehatan lingkungan.
Data statistik Our World in Data, produksi tahunan plastik level dunia meningkat hampir 200 kali lipat sejak 1950. Pada tahun 1950, diketahui dunia hanya memproduksi dua juta ton plastik per tahunnya yang kini produksi meningkat sangat drastis.
Diprediksi, sampah plastik sebanyak 1,3 miliar ton diperkirakan bakal mencemari daratan dan lautan dunia pada 2040 mendatang.
Selain mengganti alat yang bisa digunakan berkali-kali seperti botol minum, ada juga cara lain untuk mengurangi penyebaran sampah plastik dengan menggunakan sistem daur ulang.
Pada lingkup lingkungan hanya 9% jumlah sampah plastik yang sukses didaur ulang dan 12% dimusnahkan dengan cara pembakaran dan sisa 79% menumpuk di TPA, laut, lingkungan perkotaan/perdesaan. Disinyalir data UNEP, puntung rokok menjadi tipe plastik terbanyak yang tersebar melalui survei global.
Lalu sampah plastik tipe lain seperti botol minum, tutup botol, bungkus makanan, tas belanja, sedotan, dan pengaduk berada di urutan berikutnya sebagai tipe sampah plastik yang menumpuk.
Bila tidak ada penanganan bukan tidak mungkin sampah ini juga akan meresahkan di kemudian hari mengingat butuh waktu yang lama untuk mengurai sampah plastik secara alami.
Di sisi lain, menurut data Ikatan Pemulung Indonesia (IPI), saat ini terdapat 3,7 juta orang di 25 provinsi yang bergantung pada sampah plastik dan sampah daur ulang lain untuk mencari nafkah.
Dengan kata lain, penyebaran sampah juga bisa berguna bagi beberapa pihak asal memenuhi kebutuhan yang dipenuhi yaitu pengaturan sampah plastik.
Program yang dicanangkan adalah Manajemen Sampah Zero (Masaro) yang diklaim mampu menyulap sampah dengan nilai ekonomis. Program ini membuat sampah terpilah ke beberapa bagian yang nantinya disalurkan.
Hasil dari daur ulang sampah program Masaro di Jakarta sendiri mampu menghasilkan Rp1,75 triliun per harinya. Dengan mengelola sampah menjadi hal yang lebih bermanfaat seperti pupuk organik cair, konsentrat pakan organik cair, dan media tanam dalam polybag.
DKI Jakarta sendiri bisa menghasilkan hingga 7.500 ton sampah atau 7,5 juta kilogram per hari. Sebanyak 50 persen atau sekitar 3,75 juta Kg merupakan jenis sampah yang sudah membusuk.
Selain menjadi pupuk, pengelolaan sampah plastik bisa digunakan kembali oleh industri dengan menggunakan biji plastik sebagai bahan utama. Nantinya biji plastik diurai dan didapatkan dari IPI yang kemudian menjadi bahan penggunaan botol plastik kembali.
Industri mencanangkan program ini guna menjaga ekosistem ekonomi dan lingkungan tetap terjaga. Harga biji plastik sendiri bernilai ekonomis dan mampu meningkatkan pendapatan para pihak yang bergantung pada sektor ini.
Namun KLHK memprediksi akan ada timbunan sampah sebesar 71,3 juta ton pada tahun 2025 di Indonesia.
Dari timbunan sampah yang terdiri dari plastik, makanan dan lainnya tersebut, pemerintah menargetkan pengurangan sampah sebesar 30 persen atau 20,9 ton dan penanganan sampah sebesar 70 persen atau 49.9 juta ton.
Adapun target sampah plastik yang difokuskan adalah sektor-sektor yang memberatkan dan cenderung sulit diakomodir seperti sedotan plastik dan kantong plastik.
Budaya untuk menanggulangi penyebaran sampah juga bisa dilakukan oleh pihak perusahaan, apalagi yang juga menggunakan plastik sebagai media penyebaran produksinya.
Salah satu perusahaan yang serius menanggapi penyebaran sampah plastik adalah AQUA. Baru-baru ini, Danone-AQUA meluncurkan kampanye #BijakBerplastik pada 5 Juni 2018. Sejak saat itu, AQUA menjalankan tiga kegiatan utama dalam pengelolaan sampah botol plastik, yakni Pengumpulan, Edukasi dan Inovasi.
Dalam pengumpulan botol plastik, AQUA berkomitmen untuk mengumpulkan sampah plastik dari lingkungan lebih banyak dari yang digunakan pada tahun 2025. Adapun cara melakukannya ialah dengan meningkatkan program bisnis sosial untuk mengumpulkan dan mendaur ulang sampah plastik. AQUA melengkapinya dengan mendukung teknologi untuk mengumpulkan lebih banyak.
Selanjutnya, terkait edukasi #BijakBerplastik, AQUA mematok target penyebaran kesadaran bijak plastik kepada masyarakat. Pada tahun 2025, AQUA ingin kampanye #BijakBerplastik bisa menyasar 100 juta konsumen.
Untuk itu, mereka gencar menyebarkan kampanye daur ulang di sekolah, ruang publik dan berkolaborasi dengan pemerintah serta ritel untuk uji coba dan memulai budaya daur ulang di kota-kota besar.
Referensi:
1. https://www.unep.org/interactive/beat-plastic-pollution/
2. https://www.bbc.com/indonesia/majalah-53522290
3. https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20191127074615-199-451822/sampah-plastik-dilema-krisis-lingkungan-atau-cuan-ekonomi
4. https://www.sehataqua.co.id/bijak-berplastik-aqua-kelola-sampah-botol-plastik-dengan-baik/