
4 Masalah Sampah Plastik dan Cara Mengatasinya
Kebersihan merupakan hal yang sangat penting dalam menjaga ekosistem tetap terjaga. Kondisi dan masalah dari tahun ke tahun terjadi di bagian sampah plastik yang kurang terakomodir dengan sangat baik.
Botol plastik sendiri merupakan salah satu produk yang digunakan untuk kemasan utama. Banyak yang menggunakan alat ini karena awet dan mudah dibawa kemana-mana. Namun masalah botol plastik juga tidak bisa diremehkan.
Berdasarkan statistik Our World in Data, produksi tahunan plastik dunia meningkat hampir 200 kali lipat sejak 1950. Pada tahun 1950, diketahui dunia hanya memproduksi dua juta ton plastik per tahunnya, namun kini produksi meningkat sangat drastis.
Namun hanya sekitar 20% plastik yang didaur ulang dan menyisakan delapan juta ton berakhir di lautan setiap tahunnya. Plastik juga sangat lama terurai dan mampu bertahan lama di Bumi hingga 60-70 tahun.
Ada setidaknya 4 masalah sampah plastik yang masih terjadi hingga kini dengan semakin menuanya umur Bumi.
1. Sulit Terurai
Salah satu masalah yang dialami saat menjaga kebersihan lingkungan adalah plastik yang memang sulit terurai.
Menurut studi dari University of Leeds yang dipublikasikan pada jurnal Science, mengungkapkan bahwa konsumsi plastik atau tidak ada perubahan signifikan pada aksi daur ulang, maka diperkirakan Bumi akan memiliki 1,3 miliar ton sampah plastik pada 2040.
Memang kebutuhan konsumsi yang tinggi menjadi alasan utama, tapi memang sampah plastik yang sangat sulit terurai menjadi masalah untuk sampah plastik.
Banyak cara yang bisa digunakan untuk mengurangi penyebaran sampah plastik yaitu dengan membawa tas sendiri atau disiasati dengan menggunakan alat minum pribadi.
2. Diproduksi Massal
Produksi biji plastik sendiri makin gencar digunakan oleh berbagai pabrikan, dari produk besar hingga produk UMKM. Kebutuhan dan portabilitas yang tinggi menjadi alasan utama mengapa botol plastik masih diproduksi dengan angka yang tinggi.
Tidak hanya itu, berdasarkan data dari National Plastic Action Partnership yang dirilis bulan April 2020, sebanyak 620.000 ton sampah plastik mencemari sungai, danau, dan laut Indonesia setiap tahunnya.
Angka produksi dari botol plastik juga tidak turun, World Economic Forum (WEF) memprediksi bahwa pada tahun 2050, jumlah plastik di lautan akan lebih banyak dibandingkan ikan.
Memang hal ini menjadi sulit untuk dikurangi, apalagi botol plastik perlahan menjadi gaya atau mode hidup di perkotaan.
3. Masih Digunakan Banyak Brand
Tidak heran produksi massal yang terjadi juga dikarenakan permintaan yang tinggi, baik dari konsumen maupun produsen. Dari segi perusahaan, masih banyak brand atau pemegang merek dagang yang menggunakan plastik.
Uniknya, hampir semua produk menggunakan plastik baik di industri otomotif, FMCG, produk kecantikan, dan lain sebagainya.
Selain karena faktor konsumen, memang plastik yang sulit rusak atau terurai menjadi nilai lebih untuk menjaga kualitas yang berada di dalam kemasan tetap terjaga.
Pengelolaan sampah juga banyak dikampanyekan oleh beberapa brand dengan cara daur ulang guna menjaga kondisi sampah tetap terjaga dengan terukur hingga tahun-tahun yang akan datang.
4. Kurang Sosialisasi Sampah
Ketika berbicara dengan masalah sampah plastik tentu semua pihak bertanggung jawab dalam menjaga penyebarannya yang baik hingga yang terburuk seperti berakhir di laut. Sampah di laut juga akan mengganggu ekosistem biota laut.
Tidak jarang, sampah plastik perlahan merusak beberapa aspek seperti kesehatan ekosistem laut dan kondisi ekonomi sekitar.
Sosialisasi sampah seperti pembagian beberapa tipe sampah daur ulang memang kurang dijelaskan juga fasilitas yang masih kurang memadai. Pembagian sampah menjadi 3 macam yaitu sampah organik, anorganik, dan beracun (B3).
Sampah plastik sendiri masih bisa digunakan untuk beberapa kebutuhan, baik diolah kembali menjadi biji plastik atau dengan proses kreasi seperti alat penunjang layaknya pembuatan pot dari botol plastik bekas.
Kantong plastik juga bisa digunakan untuk berbagai kebutuhan seperti proses penanaman tumbuhan baik skala rumah atau industri. Langkah lain bisa dengan melakukan CSR yang digerakkan langsung oleh perusahaan terkait.
Danone dengan produk AQUA melakukan upaya pengolahan botol plastik dengan kerja sama, salah satunya bersama Pemerintah Kabupaten Lamongan, selaku pemegang kebijakan dan penyedia lahan, menyiapkan infrastruktur pengolah sampah di TPST Samtaku Lamongan sebagai upaya pengelolaan yang terintegrasi.
Danone-AQUA juga berkolaborasi dengan PT. Reciki Solusi Indonesia dalam operasional sehari-hari TPST Samtaku Lamongan.
“Danone-AQUA sangat berbangga TPST Samtaku Lamongan dapat menjadi TPST terbesar di Jawa Timur. Dengan kemampuan mengolah sampah 60 ton per hari, TPST ini merupakan pengejawantahan ambisi #BijakBerplastik yang dicanangkan Danone-AQUA, untuk mendukung komitmen Pemerintah Indonesia dalam mengurangi sampah plastik yang masuk ke laut hingga 70%. Selain itu, hal ini merupakan upaya mewujudkan Zero Waste to Landfill, atau nol sampah yang masuk ke TPA,” ucap Sustainable Director Danone Indonesia, Karyanto Wibowo.
Kampanye #BijakBerplastik besutan Danone-AQUA juga diwujudkan dengan penggunaan bahan-bahan plastik daur ulang. AQUA menjalankan tiga kegiatan utama dalam pengelolaan sampah botol plastik, yakni Pengumpulan, Edukasi dan Inovasi.
Referensi:
1. https://nationalgeographic.grid.id/read/132284960/membicarakan-masalah-sampah-plastik-semangat-kolaborasi-menuju-kehidupan-lestari?page=all
2. https://www.sehataqua.co.id/bijak-berplastik-aqua-kelola-sampah-botol-plastik-dengan-baik/
3. https://www.sehataqua.co.id/aqua-mengatasi-sampah-plastik-dengan-daur-ulang-botol-plastik/